Ratapan Sang Bumi

Nabi Adam- Bumi tempat kita berpijak, tempat kita hidup dan mempertahnkan kehidupan ini menyimpan banyak misteri. seolah bumi ini memiliki perasaan laksana manusia. sehingga bagaiman sebenarnya perasaan bumi jika dirinya diusik apalagi dirusak.

Suatu kisah yang menunjukkan tamsil ungkapan perasaan bumi tersebut adalah tatkala Allah menugaskan Malaikat Jibril untuk mengambil seonggok tanah dari bumi sebagai bahan baku pembuatan jasad Nabi Adam. bumi kurang berkenan atas perbuatan Malaikat Jibril ini dan langsung menyampaikan protes pada sang malaikat.

"Naudzubillah, Jibril" seru bumi. "Perbuatanmu ini bisa membuat aku tambah rusak," lanjut bumi

Protes bumi ini membuat Jibril mengurungkan nitatnya dalam menuanaikan tugas yang dibebankan kepadanya. dan segera melapor ke hadirat Allah SWT.

"Gusti'" kata Jibril, "bumi berlindung atas diri hamba dengat menyebut asma-Mu. maka hamba pun melindunginya, Gusti."
kemudian Allah mengutus malaikat Mikail untuk menggantikan tugas Malaikat Jibril. akan tetapi, bumi kembali menolak tindakan Mikail sebagaimana yang dikatakan kepada Jibril sebelumnya. Mikail yang memang sosok malaikat yang penuh rahmat tidak tega mendengar rengekan protes bumi. ia pun pulang dengan tangan hampa.

Berikutnya Allah menugaskan Malaikat Izrail, malaikat yang paling tegas dan rada-rada (agak) galak.

Malaikat yang satu ini tanpa kompromi segera melaksanakan tugasnya meskipun berkali-kali memintanya untuk mengurungkan niat dalam mengambil seonggok tanah dari tubuhnya.

"Izrail...!!" jerit bumi. "Aku berlindung kepada Allah atas dirimu ini. Tolong, hentikan Izrail. Tolong Izrail," pinta bumi dengan iba.

"Bumi!!" bentak Izrail. "berpikirlah, masak aku tidak menjalankan tugas yang diperintahkan Gusti Allah, naudzubillah juga, dong!" lanjut Izrail menerangkan.

Mlaikat Izrail melapor kepada Allah, malaikat yang satu ini sempat ditegur oleh Allah.

"Izrail, mestinya waktu bumi memohon kepadamu seharusnya kamu mengasihani dia," tegur Allah.

"Gusti, hamba yakin perintah gusti lebih kuat dan kukuh daripada permohonan bumi untuk hamba laksanakan." jawab Izrail.

"Engkau pantas untuk Aku tugaskan untuk menyabut nyawa anak-anak Adam wahai Izrail," titah Alah berikutnya setelah melatarbelakangi mengapa malaikat yang satu ini, Izrail, yang selau menjemput kita saat ajal datang menghampiri kita.

Lebih dari itu, kisah tersebut mengajak manusia, penghuni bumi ini, untuk merenung dan selau beerpikir panjang apakah yang akan dirasakan si bumi bila dia hanya dinikmati, dieksploitasi saja tanpa dipikirkan pemeliharan dan perbaikannya.  


Postingan terkait:

Belum ada tanggapan untuk "Ratapan Sang Bumi"

Posting Komentar